Tuesday, April 20, 2010

Flashback

Kemarin tiba-tiba ada temen yang nyeletuk,

"Tahun lalu hari ini kita UN ya?"

dan dalam sekejap gue ngerasa super tua.
Haha, becanda. Well, ga juga sih. Yah, tepatnya gue memang tiba-tiba ngerasa super tua. Karena satu dan lain hal ditambah banyak temen seangkatan gue yang lebih muda dari gue juga ketika ada senior-senior gue yang dengan sedihnya merayakan ulang tahun ke-20 mereka.

Ah, lupakan saja masalah umur yang bikin depresi ini. Mari kembali ke topik.

Baru aja ada adik kelas gue yang curhat mengenai kegalauannya menghadapi snmptn dan smup dan usm dan apapunlah itu namanya. Dan entah kenapa gue jadi merasa kembali ke masa setahun yang lalu.

Tahun lalu, tanggal 20 april ini, gue lagi melakukan UN yang super ngantuk.
Dimana ketika temen-temen gue sibuk dengan contekan masing-masing, gue sibuk memikirkan mau dibawa kemana proyek cerita gue pada saat itu (yang pada akhirnya ditinggalkan begitu saja).

Tahun lalu, tanggal 1 Maret, gue ikutan SIMAK UI dan dibikin pingsan begitu ngeliat soal-soalnya yang ajaib. Pengumuman dua minggu kemudian menyatakan gue ngga diterima di UI.

Depressed? Yeah.

Tapi itu bukan alasan gue untuk berhenti.

Sekitar bulan Mei, gue ikutan USM ITB dengan pilihan fakultas SF dan SITH. Dalam hati gue udah keder aja, takut keterima. Dengan pengetahuan fisika gue yang seperti batang toge, letoy dan pendek, keterimanya gue di ITB bisa menandakan gue mesti belajar fisika dan kalkulus ekstra keras which is super nightmare buat gue. Dan alhamdulillahnya gue keterima di SF.

Lalu gue bingung, gue mengalami masa super galau. Gue berniat ikutan SMUP dan udah beli formulirnya dan bahkan udah ngembaliin formulir itu. Tapi seinget gue adalah, pengumuman SMUP itu tepat sehari sebelum hari terakhir pembayaran biaya masuk ITB. Gue bingung, gue pusing, gue joget. Dengan memikirkan kemungkinan terburuk gue ngga keterima FK dan kuliah di ITB, gue memikirkan plus-minus gue selama gue kuliah di ITB.

Plus :
1. kampus ITB di Bandung, deket dari rumah, mau bolos kuliah gampang.
2. banyak temen gue yang keren-keren masuk ITB. Sebut saja dia masuk STEI. Dan dimana menurut survei kecil-kecilan yang gue lakukan, gedung SF itu tepat di depan STEI.

Minus :
1. Gue ngga suka fisika dan kalkulus sementara tahun pertama di ITB meWAJIBkan gue untuk belajar dua subjek itu.
2. Gue terancam ngga akan dikasih kendaraan roda empat karena jarak ITB-rumah yang ngesot pun jadi.
3. Gue ngga pernah bermimpi untuk menjadi seorang Sarjana Farmasi atau Sarjana Teknik atau apapun.

Which means, gue mesti mengajak otak gue untuk bekerja lebih baik dan mengamankan tempat gue di FK UNPAD. Bagaimana pun caranya! *minum cerebrovit bergalon-galon*

Sekitar Juni, gue ikutan SMUP. Dengan FK dan FKG sebagai pilihan, gue duduk manis dan mengerjakan soal SMUP yang super bikin ngantuk itu. Di pikiran gue bukan bagaimana cara menyelesaikan persamaan kuadrat di depan mata, tapi gimana caranya gue menghemat 175 juta seandainya gue keterima FK. Dan alhamdulillah lagi, gue keterima FK.

Dan lagi-lagi otak gue berpikir, bagaimana caranya menyelamatkan 175 juta dari tangan universitas, untuk kembali ke pangkuan gue. Er, nyokap gue maksudnya. Ya, dengan gitu berarti gue harus bisa tembus FK UNPAD di SNMPTN. Time to get serious, brain.

Tanggal 1 Juli, di kampus UNPAD dago atas, gue mengerjakan soal SNMPTN. FYI, gue ambil IPC. Jangan tanya kenapa, karena gue juga bingung kenapa. Pokoknya nilai Pra-UN gue yang berantakan adalah pencetus kejadian ini. Jadi saja, di hari kedua ujian, sementara temen-temen gue udah pada beres dari jam 9, gue masih harus berkutat dengan soal geografi, sosiologi, dan ekonomi yang sama sekali tidak gue pelajari. Oh well~

Dan alhamdulillah (lagi-lagi-dan selalu lagi) gue keterima di FK UNPAD (lagi).

Rasanya dunia menjadi super indah ketika gue keterima. Rasanya dunia ini menjadi super pink dan super bercahaya. Ah, indahnya masa itu.

Tuh kan, gue jadi merasa super tua lagi.

Anyway, dulu gue membuat sugesti bahwa kalau gue gagal, artinya itu bukan jalan gue. Betapa beruntungnya gue punya kekuatan mental yang cukup bagus untuk bisa menggiring gue keluar dari keputusasaan maksimum menjelang snmptn. Dan ketika gue meneruskan pemikiran gue ke adik kelas gue itu, gue mendadak geli sendiri karena prinsip gue itu jadi SEOLAH terlihat sangat BIJAK.

Padahal gue sendiri baru bisa bangkit setelah beberapa kotak tisu habis, beberapa tong sampah penuh, dan beberapa situs blog jadi tempat sampah.

dan kembali ke realita, gue belum mandi dan baru beres bikin LI. time to get some shower!