Showing posts with label untitled. Show all posts
Showing posts with label untitled. Show all posts

Friday, July 3, 2009

untitled : chapter 1

5000 tahun setelah invasi..

Seorang remaja putra berambut merah darah tengah berlari di pinggir dinding benteng yang menjulang tinggi. Keringat mengucur dari tengkuknya, nafasnya tersengal. Meski wajahnya menunjukkan tanda kelelahan yang amat sangat, tampak tidak ada niat untuk berhenti berlari. Diapit oleh dinding dan sungai lebar yang mengalir sangat deras, matanya bergerak-gerak putus asa mencari sesuatu.

Dibelakangnya, dibalut oleh baju baja ringan yang tidak bisa ditembus apapun bahkan oleh pedang tertajam, sepuluh penjaga dengan tubuh serigala raksasa mengejarnya dengan nafsu membunuh. Masing-masing berlari dengan kecepatan luar biasa, mengejar si anak dengan jarak yang semakin lama semakin dekat.

Sekitar lima puluh meter di depan si anak, ada sebuah jembatan yang berdiri dengan kokoh di tengah sungai yang menderu. Terlihat secercah harapan di mata hijau zamrud anak itu. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia menambah kecepatan larinya menuju jembatan itu. Serigala-serigala itu juga mempercepat larinya, berusaha menangkap si anak sebelum ia mencapai jembatan.

Tiba-tiba, dengan kecepatan dan keakuratan yang tinggi, sebatang anak panah melesat dan membidik kaki bocah itu. Untung, panah itu meleset. Si bocah kaget, namun tidak berhenti berlari sementara semakin banyak anak panah yang melesat ke arahnya. Ia mempercepat larinya, karena jembatan itu tinggal beberapa langkah lagi. Anak panah semakin banyak dan geraman putus asa yang mengerikan terdengar dari belakangnya. Ia, tidak ingin buang-buang waktu dengan menoleh ke belakang, terus berlari.

Ketika pada akhirnya ia mencapai jembatan, ia berhenti. Nafasnya memburu, berusaha menangkap oksigen sebanyak-banyaknya, dan keringat mengucur deras. Setelah keadaannya jauh lebih baik, ia menoleh ke belakang, melihat ke arah pengejarnya.

Serigala-serigala buas itu tidak bisa masuk ke jembatan. Mereka mencakar dan menggigit penghalang kasat mata. Si anak itu tersenyum menang melihat lawan-lawannya yang mengerikan itu berusaha mati-matian menembus dinding tak terlihat. Tiba-tiba, ada yang menepuk punggungnya. Ia berbalik dan melihat seorang pria yang lebih tinggi darinya, berambut hitam legam yang dipotong pendek dan rapi, dan sepasang mata kecoklatan yang memantulkan cahaya merah matahari terbenam tersenyum.

"Selamat datang kembali di dunia yang kejam, Ru."

untitled : prolog

Seribu tahun yang lalu, ketika bumi ini masih terdiri dari satu pulau, Cool Lands, semua penghuni bumi ini hidup dgn damai. Semuanya berjalan dengan damai sampai datang Bouldzaq.

Dengan tekhnologi mutakhir dan canggih, mereka menghancurkan dan memporakporandakan keseimbangan dunia.

Mereka membuat wilayah sendiri, membantai jutaan penghuni asli. Sejak itu, Cool Lands menjadi terbagi-bagi. Wilayah Bouldzaq tentu merupakan wilayah terbesar. Konon, lautan Cool Lands berubah menjadi lautan darah.

Penghuni asli, coalars, yang terpisah dan terasing, menjadi suku-suku yang dijadikan budak untuk menghancurkan satu sama lain.

Ada 8 suku coalars,
1. Brehmad, suku naga air yang menghuni bagian utara pulau ini yang merupakan pegunungan salju. Merupakan suku naga yang bertahan hidup dari invasi.
2. Medoan, penyihir-penyihir dan dukun ahli. Hidup di rawa-rawa yang busuk. Licik dan keji. Kaki tangan Bouldzaq.
3. Greavant, para ilmuwan dan pelajar. Hidup di tengah-tengah Bouldzaq.
4. Pekonian, makhluk di pedalaman hutan. Bisa berubah menjadi berbagai macam. Hidup berdampingan dengan Lucafira.
5. Lucafira, manusia bersayap yang hidup di pedalaman hutan. Karena invasi, jumlah mereka hanya tinggal lima ratus orang.
6. Farenait, manusia dengan cakar tajam yang hidup di tebing-tebing tinggi.
7. Macenair, ahli mesin yang dijadikan budak.
8. Oroinza, serigala raksasa yang keji dan jahat serta memiliki tingkat intelegensia yang tinggi, setingkat dengan Lucafira. Dijadikan penjaga oleh Bouldzaq.

Para coalars yang hidup terpisah dan tersembunyi, tidak pernah menyerah untuk merebut kembali tanah mereka. Beberapa dari mereka berkumpul dan merencanakan sesuatu.
Demi merebut tanah air, demi kebebasan.