"Illiya."
Illiya hanya berhenti berjalan. Matanya masih menatap ke depan. Tidak mau repot melihat ke belakang.
"Berjalanlah sendiri. Jangan ikuti aku. Ikuti saja mereka. Kau lebih baik dari mereka."
Mai hanya bisa menatap punggung Illiya. Menatap saja. Tidak sanggup lagi mengejar. Meski kakinya mengamuk ingin berlari.
Illiya hanya berhenti berjalan. Matanya masih menatap ke depan. Tidak mau repot melihat ke belakang.
"Berjalanlah sendiri. Jangan ikuti aku. Ikuti saja mereka. Kau lebih baik dari mereka."
.
Dan ia berjalan pergi.
.
Dan ia berjalan pergi.
.
Mai hanya bisa menatap punggung Illiya. Menatap saja. Tidak sanggup lagi mengejar. Meski kakinya mengamuk ingin berlari.
.
Dan perlahan ia mati. Karena mataharinya pergi. Karena ia tidak bisa jadi matahari bagi dirinya sendiri. Karena ia masih terlalu kecil untuk bisa mengalahkan semua matahari di sekelilingnya.
.
Karena yang ia butuhkan cuma satu.
.
Illiya ada di depannya. Berjalan mantap di jalannya. Menyinari jalan yang ia buat sendiri.
.
Karena matahari tidak muncul dengan sendirinya.
Dan perlahan ia mati. Karena mataharinya pergi. Karena ia tidak bisa jadi matahari bagi dirinya sendiri. Karena ia masih terlalu kecil untuk bisa mengalahkan semua matahari di sekelilingnya.
.
Karena yang ia butuhkan cuma satu.
.
Illiya ada di depannya. Berjalan mantap di jalannya. Menyinari jalan yang ia buat sendiri.
.
Karena matahari tidak muncul dengan sendirinya.