Tuesday, July 12, 2011

Satu Hari di Inferno

Disclaimer : Masami Kurumada

Warning : OOCness.

.

Mawar merah. Membara. Kontras dengan birunya langit.

Tenggelam dalam gelapnya malam.


.

Minos tidak bisa bosan menatap Albafica. Saint Pisces yang satu itu, yang berambut biru langit, yang wajahnya cantik bukan kepalang, yang tidak seperti reinkarnasinya duaratus tahun kemudian.

Minos mabuk kepayang dibuatnya.

Ingin rasanya ia memanipulasi sendi-sendi Albafica, membuatnya menari-nari di tengah ladang mawar yang sengaja dibuat oleh Minos, membuatnya miliknya.

Boneka satu-satunya.

Menyimpannya di rumah kaca, menghentikan waktunya, memekarkannya lain waktu.

.

Tapi lebih menyenangkan melihat bunga itu berjuang sendiri untuk mekar, 'kan? Karena hasilnya juga lebih indah. Seperti Albafica.

.

"Minos, ngapain melamun begitu. Cepat kerjakan tugasmu sebagai Hakim yang benar. Itu antrian menggunung," sindir Aiacos. Ia tahu benar siapa yang dilihat Minos. Mantan Saint yang sedang asyik duduk melamun di ujung tangga kuil besar tempat penghakiman.

"Aiacos, jangan ganggu Minos. Nanti juga kerjaannya beres. Biarin aja dia," Rhadamanthys menyarankan.

"Hahaha. Dasar yang lagi ja-tuh cin-ta!" seru Aiacos girang.

Minos tersenyum licik.

Aiacos merinding takut melihat senyum dadakan Minos.

Rhadamanthys mendengus melihat ulah dua temannya.

.

Bisa dipastikan hari ini Inferno ramai oleh teriakan minta ampun Aiacos dan tawa jahat Minos.

No comments:

Post a Comment

celetukan